Minggu, 19 Agustus 2007

Soal Lingkar Pinggang

SEMPAT ada anggapan, berbadan gemuk menandakan kesehatan, gizi tercukupi, bahkan jadi lambang kemakmuran.

Berbadan gemuk memang tidak ada salahnya, apalagi jika diselaraskan pola hidup sehat, gemar berolahraga,makan-makanan bergizi seimbang, menghindari makanan cepat saji yang berkolesterol tinggi, dan menghindari rokok dan alkohol. Namun, itu semua tampaknya sedikit sulit dilakukan. Apalagi, mereka yang hidup di kota besar seperti Jakarta. Rutinitas yang padat, kemacetan di jalan,plus polusi udara, membuat pola hidup sehat semakin lama ditinggalkan.

Makanan cepat saji, rokok, dan alkohol akrab dalam rutinitas sehari- hari.Kontrol terhadap makanan berkurang,olahraga pun makin jarang bahkan nyaris tidak pernah dilakukan,akibatnya obesitas pun menghampiri. Bagaimana seseorang dianggap obesitas? Menurut Direktur Pusat Jantung Nasional dr Aulia sani, seseorang yang disebut obesitas itu bisa dilihat dari ukuran lingkar pinggang.“Pada pria yang menderita obesitas biasanya lingkar pinggangnya lebih dari90cm,sedangkanpadawani wanita biasanya lingkar pinggangnya lebih dari 80 cm,” papar Aulia Sani ketika dihubungi SINDO.

Selain mengukur lingkar pinggang, hal lain yang bisa juga dilakukan dengan penghitungan menurut body mass index atau indeks massa tubuh (IMT),yaitu berat badan (kg) dibagi tinggi badan kuadrat. Jika hasilnya lebih dari 25 kg/m2, orang tersebut dianggap sebagai obesitas. Ahli gizi IPB Prof Ali Khomsan memberi contoh pada orang dewasa yang bisa dikatakan obesitas, misalkan tinggi 1,6 meter dengan berat badan lebih dari 65 kg,orang tersebut sudah bisa dikatakan kegemukan atau obesitas. Sebab, jika dihitung berdasarkan IMT akan didapat hasil 25,40 kg/m2.

“Obesitas pada orang dewasa bisa disebabkan asupan kalori yang masuk ke tubuhnya lebih dari kebutuhan per harinya.Jika normalnya per hari seseorang membutuhkan sekitar 2.500 kalori, pada orang obesitas, kalorinya lebih dari 2.500,”paparnya. Selain itu, tambah dia,kegemukan juga dipicu kurang latihan/ olahraga atau kurang gerak sehingga kalori lebih yang diasup tadi tidak keluar menjadi energi.Pada akhirnya menyebabkan kegemukan atau obesitas. Pola makan tidak sehat, yang terlalu banyak mengkonsumsi lemak, serta seringnya ngemil, juga disebut Prof Ali sebagai penyebab obesitas. (mg-7)

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872

Mengenal dan Mengendalikan Asma

ASMA atau yang sehari-hari dikenal dengan bengek atau mengi,merupakan salah satu penyakit kronis terbanyak pada saluran napas yang dapat sembuh spontan maupun dengan pengobatan, baik secara sempurna maupun sebagian.

Di seluruh dunia, terdapat sekitar 300 juta orang penderita asma dan angka itu masih akan terus meningkat,terutama pada anak-anak.Di Indonesia sendiri,penderita asma didapatkan berkisar pada angka 5–6% penduduk, sebanyak 10% di antaranya merupakan asma berat yang sering memerlukan penanganan darurat. Asma adalah suatu penyakit yang timbul karena adanya proses peradangan atau inflamasi kronik pada saluran napas. Dengan demikian, penderita asma dapat memberikan gambaran klinis berupa episode batuk berulang, suara napas ngikngik (mengi), dada terasa tegang, dan kesulitan atau sesak bernapas, terutama pada malam sampai pagi dini hari.

Reaksi awal pada asma sering kali timbul pada 15–30 menit pertama,setelah terpapar benda asing (alergen), berupa rasa sesak yang datang tiba-tiba diikuti reaksi asma lambat,yang terjadi dalam 6–12 jam kemudian. Reaksi asma lambat ini dapat berlangsung untuk beberapa hari. Pada prinsipnya, asma diderita orangorang dengan dasar bawaan bersifat alergi (atopi). Dengan begitu, mudah bereaksi terhadap paparan alergen,yakni proses peradangan di saluran napas akan menetap, walaupun gejala-gejala asma sudah menghilang.

Benda-benda atau kondisi yang dapat mencetuskan terjadinya serangan asma, antara lain debu rumah, makanan tertentu,bulu binatang,jamur,tepung sari bunga,obat-obatan,bahan-bahan tertentu dari lingkungan kerja. Selain itu, polusi udara,perubahan cuaca atau kelembapan udara, pengawet atau pewarna/penyedap makanan, stres fisik maupun psikis, serta infeksi terutama di saluran napas. Saluran napas pada orang atopi bersifat sangat peka atau hipersensitif terhadap sebagai akibat proses peradangan yang ada, saat dinding saluran napas akan menjadi sembab dan saluran napas menyempit serta terisi riak atau lendir dalam jumlah banyak.

Perkembangan bidang kedokteran yang pesat membuat penanganan asma saat ini sudah sedemikian maju, dengan adanya obat-obatan yang dapat meredakan maupun mengendalikan gejala.Maka itu, para penderita asma sangat mungkin hidup nyaman tanpa ada episode serangan berulang yang berat dan penggunaan obat seminimal mungkin.Kunci utama dari penanganan asma adalah “pencegahan”agar asma selalu dalam keadaan terkontrol, yaitu menghindari kontak dengan faktorfaktor pencetus serangan, menggunakan obat sesuai jenis, indikasi, dosis, cara, dan waktu pemberiannya.

Di samping itu, melakukan pencegahan dini mulai bayi––semenjak dalam kandungan. Salah satu metode yang digunakan dalam pengendalian asma adalah imunoterapi (debu rumah dan tepung sari bunga) agar tingkat kepekaan penderita asma berkurang. Itu dilakukan melalui penggunaan alergen dengan dosis tertentu yang disuntikkan atau dalam bentuk tablet dan diletakkan di bawah lidah,bahan tumbuhtumbuhan (phylantus n), probiotik (lactobacillus dan bifidobacterium), dan imunisasi BCG yang diberikan sebulan sekali selama tiga kali berturut-turut sebagai imunomodulator (meningkatkan daya tahan tubuh terhadap alergi dan infeksi), yang dapat diulang selang waktu enam bulan sampai satu tahun kemudian.★

Prof Dr EA Datau SpPD-KAI FAAAI Divisi Alergi & Imunologi Klinik Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/RSU Prof Dr RD Kandou Manado-Sulawesi Utara

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872