Minggu, 01 Juni 2008

80% Penyakit Manusia Berhubungan Dengan Ketidakamanan Air Minum

80% Penyakit Manusia Berhubungan Dengan Ketidakamanan Air Minum

Menurut survei WHO, bahwa 80% penyakit manusia berhubungan dengan ketidak-amanan air minum. Kepada redaksi, kepala kantor pengawas keamanan mutu air dari pusat pencegahan dan pengendalian penyakit China yakni E Xueli mengatakan, menurut jenis polutan secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu pencemaran organisme, pencemaran anorganik dan organik.

Pencemaran organisme purbakala.

Ditilik dari sejarah, sebelum abad ke 19 pencemaran organisme adalah yang paling menakutkan dalam polusi air. Polusi-polusi yang dimaksud ini terutama adalah bakteri, tumbuhan ganggang, parasit, virus dan mikroba. Saat setelah zat air tercemar mereka, dapat menularkan berbagai penyakit, misalnya demam tifus, diare, disentri, kolera. Dalam sejarah, jutaan orang kehilangan nyawanya karena penyebaran penyakit kolera. Dan hingga hari ini, di sejumlah negara di Afrika masih kerap terancam oleh polusi organisme dalam air minum.

“Meski pun secara fundamental sebagian besar negara dewasa ini telah berhasil mengatasi pencemaran organisme, namun dalam hal ini, siapa pun tidak berani menganggap enteng, terutama harus mencegah ledakan penyakit menular.” Demikian ujar E Xueli. Di antara 37 jenis penyakit menular yang resmi di China, penyebaran melalui air saja ada 8 jenis: Kolera, hepatitis, radang zat kelabu sumsum tulang belakang, disentri amubawi, tifus, paratifus, leptospirosis, skistosomiasis (deman siput) dan penyakit diare menular.

Sesungguhnya, seiring dengan semakin majunya teknologi mikrobiologi dan tes analitis, sehingga pengetahuan orang-orang terhadap polusi air juga semakin dalam.
Hampir semua ahli air berpendapat, bahwa bahaya tersembunyi terbesar akan keamanan air minum berasal dari pencemaran organik. Sumber pencemaran organik dalam air minum sangat luas, meliputi pembuangan air limbah pabrik, pestisida pupuk kimia dan polusi pestisida maupun kehidupan sehari-hari manusia.

Ancaman potensial dari polutan-polutan organik ini bukan saja sangat berbahaya, namun yang paling mencemaskan adalah mereka (polutan organik) dapat menghindari pengolahan teknik pemurnian dari air ledeng konvensional, dan dengan leluasa meresap ke dalam tubuh.

Misalnya, ketika air sungai Songjiang tercemar senyawa benzena, maka perusahaan air ledeng setempat sama sekali tidak melakukan proses pemurnian terhadap zat-zat organik dalam air, sehingga dengan demikian, terjadi krisis air minum bagi jutaan penduduk setempat.

Padahal sekarang, secara teknis tidak ada masalah dalam menghadapi pencemaran organik. Peneliti dari laboratorium utama nasional mengenai mutu air lembaga ilmu pengetahuan China yakni Qiang Zhimin mengatakan, bahwa adsorpsi (penyerapan) arang aktif, saringan dan sebagainya bisa secara efektif menghilangkan polutan organik dalam air minum. Namun inti persoalannya, orang-orang terlebih dahulu harus membangun kesadaran akan eksistensi polutan-polutan iniSukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea

Tips Mencegah Batu Ginjal

Tips Mencegah Batu Ginjal

Batu ginjal, merupakan salah satu penyakit yang cukup banyak diderita. Selama 20 tahun terakhir, penderita batu ginjal semakin meningkat. Bukan saja terjadi di Amerika Serikat, demikian juga di Indonesia. Di Indonesia sendiri, batu ginjal merupakan salah satu penyebab utama terjadinya Gagal Ginjal Kronik (GGK).

Batu ginjal terutama dialami oleh mereka yang berusia antara 20 hingga 40 tahun. Walaupun lebih sering dialami oleh mereka yang berjenis kelamin pria, tapi akhir-akhir ini kecenderungan juga meningkat diantara kaum wanita. Saat satu atau dua batu terbentuk, maka akan mudah terbentuk batu lebih banyak lagi. Memang, penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi saluran kemih, dan juga kecenderungan dalam keluarga, mempermudah seseorang untuk menderita batu ginjal. Tapi usaha pencegahan akan dapat menurunkan risiko batu ginjal.

Beberapa tips diberikan oleh the National Kidney Foundation dalam mencegah dan mengatasi terjadinya batu ginjal:

1. Banyak minum, terutama air putih. Jangan hanya minum saat kita merasa haus. Haus sebenarnya merupakan tanda bahwa tubuh kita sudah mengalami kekurangan cairan (dehidrasi).
2. Bila ditemukan gejala-gejala seperti nyeri pada daerah pinggang, disertai mual dan muntah, air seni terlihat kemerahan, lebih sering berkemih, kadang dapat disertai dengan demam, ini dapat merupakan gejala dari batu ginjal. Cepatlah periksa ke dokter.
3. Untuk mendiagnosanya, dokter biasanya melakukan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan laboratorium untuk darah dan air seni, USG, atau ronsen khusus dengan IVP (Intra Venous Pielography) yang dapat melihat keadaan batu di dalam ginjal.
4. Batu yang kecil dapat keluar dengan sendirinya. Pengobatan yang lebih lanjut diperlukan jika batu tersebut berukuran besar, terjadi gangguan dalam keluarnya air seni, infeksi, perdarahan terus menerus atau bahkan kerusakan ginjal bila tidak segera diatasi.

Organ Hati
Hati adalah organ dalam kita yang terbesar. Pada orang dewasa beratnya mencapai kira-kira 1,3 kg. Terbagi atas 2 lobus, kiri dan kanan. Selain besar dalam ukuran, organ hati juga punya peranan hebat. Ia terlibat dalam proses pencernaan, berperan dalam ratusan reaksi kimiawi tubuh yang berbeda, dan juga berfungsi sebagai organ penyimpan.

Fungsi utama hati adalah mengumpulkan darah dari saluran cerna melalui sirkulasi hepatik dan memasukkan berbagai substansi kimiawi tubuh ke dalamnya sebelum dialirkan kembali ke bagian tubuh lain. Substansi kimiawi tersebut dihasilkan oleh jutaan sel hati yang dikenal dengan nama hepatosit. Hepatosit memang ?terendam? dalam genangan darah yang berasal dari saluran cerna. Dengan cara itulah terjadi pertukaran substansi antara darah dan sel hati.

Fungsi organ hati belum sepenuhnya dipahami.
Beberapa fungsi dari organ tersebut ialah:

1. Pengaturan kadar gula darah
2. Metabolisme lemak
3. Metabolisme protein
4. Penyimpanan vitamin
5. Penyimpanan mineral
6. Produksi empedu
7. Detoksifikasi
8. Pendauran hormon

Diet untuk Cegah Kanker Usus
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet tahun 2003 ini memperlihatkan bahwa diet tinggi sereal, buah dan sayur mampu menurunkan risiko terjadinya kanker usus.

Penelitian ini melibatkan lebih dari 500.000 orang di sepuluh negara Eropa. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa menggandakan konsumsi sereal, buah dan sayur di kalangan mereka yang biasanya mengkonsumsi diet rendah serat ternyata mampu menurunkan risiko kanker usus sampai hampir setengahnya. Penurunan risiko ini akan lebih baik lagi bila diikuti dengan perubahan gaya hidup seperti diet rendah lemak, mengurangi konsumsi alkohol dan juga berolahraga secara teratur serta menjaga berat badan secara baik.

Sumber : artikel-kesehatan-online.blogspot.com

Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea